#Ketika Sunnah Mulai Hilang
Dialog antara Mu'adzin (MU) dengan salah satu Jamaah Masjid (JM).
JM : "Mas .. suara kamu bagus sekali kalo adzan mas.."
MU : "ah biasa aja itu mas ..."(dengan nada merendah)
JM : "Bener mas .. asli, bagus. Tapi setiap selesai adzan, mas ini selalu 'mendendangkan sholawat' (sholawatan atau puji pujian) dengan speaker. Terkadang mas 'melantunkan' sholawat nariyah. Boleh tahu ndak, sebetulnya sholawatan dan puji pujian yang mas lakukan setelah adzan itu, ada perbuatannya dari zaman Rosulullaah -Shallallaahu'alahi wa sallam- ndak ya..?"
MU : "ohh.. sudah biasa saya sholawatan dan puji pujian itu mas..? dan saya lakukan ini karena kebanyakan setiap masjid memang begitu. Kalo masalah ada perbuatan dari Rosul atau gak, itu saya ndak tahu. Emang harusnya gimana mas..? kan sholawatan itu baik.."
JM : "Betul mas, sholawat itu baik. Bahkan setelah adzan selesai, Rosulullaah -Shallallaahu'alaihi wa sallam- bersabda :
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, lalu bershalawatlah kepadaku [HR. Muslim no. 875]. Akan tetapi sholawat ini bukan di dendangkan dengan keras keras menggunakan speaker hingga menjelang Iqomat mas. Karena pertama, perbuatan ini tidak pernah di lakukan di zaman Rosulullaah -Shallallaahu'alaihi wa sallam-, kedua perbuatan ini justru sangat mengganggu lho mas"
MU :"Kok bisa di katakan mengganggu.. bisa di jelaskan mas..?" (penasaran ingin tahu)
JM :"Begini mas.. sholawatan atau puji pujian yang mas lakukan setelah adzan dengan speaker ini mengganggu jamaah lain yang hendak sholat sunnah rawatib. Mengganggu jamah lain yang sedang berdo'a atau bermunajat kepada Allah Subhaanahu wa ta'aala. Barangkali mas sudah tahu bahwa antara adzan dan iqomat itu adalah waktu yang SANGAT mustajab untuk di kabulkannya do'a..?"
MU :"Belum tahu saya itu mas ..." (jawabnya polos)
JM :"jadi.. waktu antara adzan dan iqomat itu adalah waktu yang utama terkabulnya sebuah do'a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad 3/155. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Nah.. dari pada mas sholawatan dan puji pujian mending mas melakukan amalan ini (berdoa), selain dari sholat sunnah rawatib. Mustajab lagi .. gimana mas..?"
MU :"Ohh.. begitu ya (mengangguk angguk tanda paham). Ya sudah... nanti kalo selesai adzan saya ndak akan lagi sholawatan dan puji pujian apalagi pake speaker. Saya sangat terimakasih sekali mas.. sudah memberi tahu saya. Kalo ndak di kasih tahu bisa banyak dosa saya, karena mengganggu jamaah lain."
JM :"iya, sama sama mas .. "(senyum bahagia)
MU :"terus do'anya bagaimana ya mas..?. seperti apa..?"
JM : "Do'anya bebas boleh apa saja. bisa juga do'a sapu jagad seperti:
اللَّهُمَّ آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "
MU :"Kalo do'a minta jodoh boleh ndak mas ^___^ " (sambil tersipu malu).
JM :"boleh sekali itu mas.. saya do'akan juga semoga mas lekas dapet jodoh.."
MU :"aamiin .. terimakasih mas.."
--selesai--
Ket.:
Dialog diatas hanyalah fiktif. Dan penulis termasuk pelaku (masa kecil dulu di kampung). Sekedar menyampaiakan uneg2.
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” (QS. Hud: 88).
sumber: Ketika Sunnah Mulai Hilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar