”Mendingan tidak usah berjilbab aja, daripada kaya si A berjilbab tapi masih sering berbuat maksiat.”
”Jilbaban tapi kok gitu”.
Pernah kita dapati pernyataan demikian. Sebuah pernyataan yang keluar dari orang yang tidak paham atau buta akan syari’at Allah. Pun terkadang terlontar juga dari orang ‘cerdas’ namun berpemikiran liberalis, pluralis.
Pertama,
Pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan, merupakan pemahaman yang salah kaprah dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara jilbab dengan akhlaq. Sebab, Jilbab dan akhlaq memilki hukum tersendiri. Sehingga seolah olah dengan adanya wanita yang buruk akhlaknya, dapat menghilangkan perintah Jilbab. Pemikiran yang sempit. Logika semacam ini seperti, sebagaimana orang yang sholat tapi suka mencuri atau korupsi. Lantas apakah kewajiban sholat jadi hilang ..? demikian pula dengan wanita yang akhlaqnya buruk tidak menjadikan perintah berjilbab jadi hilang… Ini karena faktor individunya, yang lalai, yang hanya mengikuti selera hawa nafsunya ….
Kedua,
Yang memerintahkan wanita muslimah berjilbab adalah Allah sang Pencipta wanita tersebut. Sebagai bukti, cek di Alqur’an surat Al Ahzab:59. Atau di surat An Nur ayat 31. Apakah engkau ragu, tidak tahu, pura pura tidak tahu, atau tidak mau tahu dengan ayat perintah berjilbab ..??
Ketiga,
Engkau berjilbab ingin dinilai orang atau ingin dinilai Allah?
Ada sebagian wanita enggan berjilbab dengan alasan banyak wanita berjilbab tapi akhlaknya buruk, dan khawatir di bilang buruk oleh masyarakat, maka lebih baik ndak usah berjilbab sekalian. Karena pada dasarnya perilakunya memang sudah buruk. "Daripada tidak bisa menjaga sikap saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu, nanti saja pakai kalau mau wafat." Begitu katanya.. Allaahul musta'aan..
Atau malah ada orang berjilbab tapi dengan model yang neko neko alias aneh aneh. Yang di plintir, dilipet, di gelung, di cekek, pokoknya ribed malah. Dikemas dengan istilah “jilbab gaul”, “Jilbab modis”. Yang penting nampak trendy dan cantik di mata masyarakat (korban mode). Ini mau berjilbab tapi malah nambah rusak.
Harusnya kan begini: engkau berjilbab dengan niat karena Allah. Berjilbab sesuai syar’i (tidak seperti model2 yang aneh). Dan tentunya diiringi dengan usaha memperbaiki akhlaq yang baik. Padahal kalo dikatakan, orang yang menanggalkan jilbab karena faktor tidak bisa memperbaiki akhlak adalah orang yang putus asa. Sementara Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, JANGANLAH KAMU BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Keempat,
Wanita muslimah itu adalah yang berjilbab dan baik akhlaknya. Akhlak tanpa jilbab sama dengan buta, pun demikian dengan Jilbab tanpa akhlak.
Kelima,
Wanita muslimah dengan akhlaq yang buruk, TIDAK AKAN PERNAH sekalipun menggugurkan perintah berjilbab. TIDAK AKAN PERNAH mencacati Syari’at Allah. Dan TIDAK AKAN PERNAH sekalipun menasakh (menghapus) atau merubah surat Al Ahzab:59 ataupun surat An Nur:31.
Dan Ayat ayat perintah berjilbab itu akan tetap berlaku kecuali:
1. Anda bukan wanita
2. Anda gadis kecil yang belum baligh
2. Anda seorang nenek nenek yang menopause
3. Anda sudah menjadi mayat (ups.. mayat kan di kafani alias tetap di tutup auratnya hingga rapih ..? iya.. tapi bukan maksudnya dalam konteks ayat perintah berjilbab kan.. ?)
Silahkan anda tentukan sendiri jawabannya …
Keenam,
Keputusan setiap wanita untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb penciptamu menjadi CEMBURU, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. Adapun cemburunya Allah disebabkan oleh seorang hamba yang MENGERJAKAN PERKARA YANG DIHARAMKAN oleh-Nya.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no. 2761)].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma).
Ketujuh,
Baik itu meninggalkan perintah Allah maupun mematuh-NYa, semuanya memiliki konsekwensi tersendiri. Besar kecil nya konsekwensi tergantung seberapa besarnya engkau melanggar dan mematuhi perintah Allah.
Kedelapan,
Tutuplah Auratmu dengan jilbab yang Syar’i selagi hidupmu, sebelum auratmu tertutupi dengan kain kafan saat matimu ….
Kesembilan,
Jilbab yang sudah dikenakan dengan benar, insya Allah akan memberikan pengaruh besar untuk melakukan kebaikan, sedangkan menanggalkannya bisa membuka peluang besar bagi jalannya bermacam-macam maksiat. Karena pada dasarnya tidak berjilbab merupakan kemaksiatan. Walaupun jilbab itu tidak menutup kemungkinan negatif dan bukan menjamin kebaikan seluruhnya tetapi dampak positif yang dicapai oleh wanita berjilbab jauh lebih baik dibanding wanita yang tidak berjilbab. Sebab wanita yang berjilbab itu telah memperoleh sebagian dari kebaikan/keutamaan sedangkan kebaikan lainnya harus dipenuhi dengan kewajibab lainnya. Adapun kebaikan itu muncul dari pancaran ilmu, iman dan takwanya kepada Allah subhanahu wata’ala.
”Jilbaban tapi kok gitu”.
Pernah kita dapati pernyataan demikian. Sebuah pernyataan yang keluar dari orang yang tidak paham atau buta akan syari’at Allah. Pun terkadang terlontar juga dari orang ‘cerdas’ namun berpemikiran liberalis, pluralis.
Pertama,
Pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan, merupakan pemahaman yang salah kaprah dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara jilbab dengan akhlaq. Sebab, Jilbab dan akhlaq memilki hukum tersendiri. Sehingga seolah olah dengan adanya wanita yang buruk akhlaknya, dapat menghilangkan perintah Jilbab. Pemikiran yang sempit. Logika semacam ini seperti, sebagaimana orang yang sholat tapi suka mencuri atau korupsi. Lantas apakah kewajiban sholat jadi hilang ..? demikian pula dengan wanita yang akhlaqnya buruk tidak menjadikan perintah berjilbab jadi hilang… Ini karena faktor individunya, yang lalai, yang hanya mengikuti selera hawa nafsunya ….
Kedua,
Yang memerintahkan wanita muslimah berjilbab adalah Allah sang Pencipta wanita tersebut. Sebagai bukti, cek di Alqur’an surat Al Ahzab:59. Atau di surat An Nur ayat 31. Apakah engkau ragu, tidak tahu, pura pura tidak tahu, atau tidak mau tahu dengan ayat perintah berjilbab ..??
Ketiga,
Engkau berjilbab ingin dinilai orang atau ingin dinilai Allah?
Ada sebagian wanita enggan berjilbab dengan alasan banyak wanita berjilbab tapi akhlaknya buruk, dan khawatir di bilang buruk oleh masyarakat, maka lebih baik ndak usah berjilbab sekalian. Karena pada dasarnya perilakunya memang sudah buruk. "Daripada tidak bisa menjaga sikap saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu, nanti saja pakai kalau mau wafat." Begitu katanya.. Allaahul musta'aan..
Atau malah ada orang berjilbab tapi dengan model yang neko neko alias aneh aneh. Yang di plintir, dilipet, di gelung, di cekek, pokoknya ribed malah. Dikemas dengan istilah “jilbab gaul”, “Jilbab modis”. Yang penting nampak trendy dan cantik di mata masyarakat (korban mode). Ini mau berjilbab tapi malah nambah rusak.
Harusnya kan begini: engkau berjilbab dengan niat karena Allah. Berjilbab sesuai syar’i (tidak seperti model2 yang aneh). Dan tentunya diiringi dengan usaha memperbaiki akhlaq yang baik. Padahal kalo dikatakan, orang yang menanggalkan jilbab karena faktor tidak bisa memperbaiki akhlak adalah orang yang putus asa. Sementara Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, JANGANLAH KAMU BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Keempat,
Wanita muslimah itu adalah yang berjilbab dan baik akhlaknya. Akhlak tanpa jilbab sama dengan buta, pun demikian dengan Jilbab tanpa akhlak.
Kelima,
Wanita muslimah dengan akhlaq yang buruk, TIDAK AKAN PERNAH sekalipun menggugurkan perintah berjilbab. TIDAK AKAN PERNAH mencacati Syari’at Allah. Dan TIDAK AKAN PERNAH sekalipun menasakh (menghapus) atau merubah surat Al Ahzab:59 ataupun surat An Nur:31.
Dan Ayat ayat perintah berjilbab itu akan tetap berlaku kecuali:
1. Anda bukan wanita
2. Anda gadis kecil yang belum baligh
2. Anda seorang nenek nenek yang menopause
3. Anda sudah menjadi mayat (ups.. mayat kan di kafani alias tetap di tutup auratnya hingga rapih ..? iya.. tapi bukan maksudnya dalam konteks ayat perintah berjilbab kan.. ?)
Silahkan anda tentukan sendiri jawabannya …
Keenam,
Keputusan setiap wanita untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb penciptamu menjadi CEMBURU, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. Adapun cemburunya Allah disebabkan oleh seorang hamba yang MENGERJAKAN PERKARA YANG DIHARAMKAN oleh-Nya.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no. 2761)].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma).
Ketujuh,
Baik itu meninggalkan perintah Allah maupun mematuh-NYa, semuanya memiliki konsekwensi tersendiri. Besar kecil nya konsekwensi tergantung seberapa besarnya engkau melanggar dan mematuhi perintah Allah.
Kedelapan,
Tutuplah Auratmu dengan jilbab yang Syar’i selagi hidupmu, sebelum auratmu tertutupi dengan kain kafan saat matimu ….
Kesembilan,
Jilbab yang sudah dikenakan dengan benar, insya Allah akan memberikan pengaruh besar untuk melakukan kebaikan, sedangkan menanggalkannya bisa membuka peluang besar bagi jalannya bermacam-macam maksiat. Karena pada dasarnya tidak berjilbab merupakan kemaksiatan. Walaupun jilbab itu tidak menutup kemungkinan negatif dan bukan menjamin kebaikan seluruhnya tetapi dampak positif yang dicapai oleh wanita berjilbab jauh lebih baik dibanding wanita yang tidak berjilbab. Sebab wanita yang berjilbab itu telah memperoleh sebagian dari kebaikan/keutamaan sedangkan kebaikan lainnya harus dipenuhi dengan kewajibab lainnya. Adapun kebaikan itu muncul dari pancaran ilmu, iman dan takwanya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Demikian tulisan ringkas semoga manfaat, tentunya masih buanyak yang ingin dituliskan perihal syubhat2 pelanggar syari’at Allah tentang jilbab …
_____________________
diambil dari berbagai sumber
Di posting oleh Abu Maryam Haazimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar