¤ Penanya:
Saya jadi bingung. Kalau Allah di “ATAS” berarti memerlukan tempat untuk bersemayam. Kalau memerlukan “TEMPAT”, berarti Allah “BERBENTUK”, sesuatu yang berbentuk berarti “BENDA”, kalau “BENDA” berarti tidak kekal.?
¤ Dijawab sbb. :
Allah tidak memerlukan tempat dan tidak diliputi oleh tempat. Allah tidak memerlukan makhluk-Nya sama sekali. Allah Mahakekal, selamanya, sebagaimana yang Allah beritakan.
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak tidur ….” (QS. Al-Baqarah: 255)
Saudara muslimin dan muslimah yang lain tak perlu bingung dan menjadikan akidah ini menjadi pelik, karena para ulama kaum muslimin telah memberi contoh kepada kita supaya tidak kebingungan.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
آمنت بالله، وبما جاء عن الله على مراد الله، وآمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله
“Aku beriman kepada Allah dan kepada segala berita yang datang dari Allah, serta aku beriman kepada Rasulullah dan kepada seluruh berita yang datang dari Rasulullah.”
Suatu saat, seseorang pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas rahimahullah tentang firman Allah {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}, “Bagaimana Allah beristiwa?” Maka, Imam Malik menjawab,
“Hakikat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu kewajiban. Bertanya mengenai (hakikat) istiwa’ adalah bid’ah. Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.”
Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar.
(Al-‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghafar, hlm. 378).
Sumber: Jika Masih Ada yang Bertanya-tanya “Di manakah Allah”
Saya jadi bingung. Kalau Allah di “ATAS” berarti memerlukan tempat untuk bersemayam. Kalau memerlukan “TEMPAT”, berarti Allah “BERBENTUK”, sesuatu yang berbentuk berarti “BENDA”, kalau “BENDA” berarti tidak kekal.?
¤ Dijawab sbb. :
Allah tidak memerlukan tempat dan tidak diliputi oleh tempat. Allah tidak memerlukan makhluk-Nya sama sekali. Allah Mahakekal, selamanya, sebagaimana yang Allah beritakan.
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak tidur ….” (QS. Al-Baqarah: 255)
Saudara muslimin dan muslimah yang lain tak perlu bingung dan menjadikan akidah ini menjadi pelik, karena para ulama kaum muslimin telah memberi contoh kepada kita supaya tidak kebingungan.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
آمنت بالله، وبما جاء عن الله على مراد الله، وآمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله
“Aku beriman kepada Allah dan kepada segala berita yang datang dari Allah, serta aku beriman kepada Rasulullah dan kepada seluruh berita yang datang dari Rasulullah.”
Suatu saat, seseorang pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas rahimahullah tentang firman Allah {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}, “Bagaimana Allah beristiwa?” Maka, Imam Malik menjawab,
الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ
وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ
وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ
“Hakikat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu kewajiban. Bertanya mengenai (hakikat) istiwa’ adalah bid’ah. Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.”
Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar.
(Al-‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghafar, hlm. 378).
Sumber: Jika Masih Ada yang Bertanya-tanya “Di manakah Allah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar