Nama lengkap beliau adalah 'Abdurrahman bin Abil Hasan 'Ali bin
Muhammad bin 'Ubaidillah al-Qurasyi. Kakeknya terkenal dengan sebutan
Ibnul Jauzi (anak kelapa), karena kelapa yang ia miliki di Wasith, di
mana di sana sama sekali tidak ada kelapa selain milik beliau.
Beliau
lahir pada tahun 510 H. Ayahnya meninggal ketika beliau berumur tiga
tahun, lalu beliau diasuh oleh bibinya (dari pihak ayah). Ketika beliau
mulai tumbuh, bibinya membawa beliau kepada al-Hafizh Ibnu Nashir, lalu
beliau belajar kepadanya dan menghasilkan ilmu dalam memberikan wejangan
yang tidak dihasilkan oleh seorang pun selainnya, bahkan diceritakan
bahwa sebagian majelisnya dihadiri oleh lebih dari 100.000 orang.
Ibnul Jauzi menulis buku 2.000 jilid dengan tulisan tangan beliau, 100.000 orang telah bertaubat dengan perantaraannya dan 20.000 orang masuk Islam dengan perantaraannya pula.
Ibnul Jauzi rahimahullah memiliki perawakan yang LEMBUT, tabiat yang MANIS, suara yang MERDU dan gerakan yang TERATUR, beliau tidak pernah menyia-nyiakan waktu sedikit pun, sehingga beliau dapat menulis empat buku tulis setiap hari.
Beliau
memiliki peran dalam semua bidang ilmu, beliau adalah seorang yang
sangat menonjol dalam bidang tafsir, memiliki gelar al-Hafizh dalam
bidang hadits, termasuk ulama yang sangat luas dalam bidang sejarah,
bahkan beliau memiliki satu buku dalam bidang KEDOKTERAN yang diberi nama "Kitab al-Luqath".
Beliau
wafat pada tahun 597 H, mendekati 90 tahun dari usianya dan dimakamkan
di pemakaman Bab Harb. Semoga Allah Ta'ala merahmatinya, amin.
IBNUL JAUZI DAN SHIFAATUSH SHAFWAH
Salah seorang murid Ibnul Jauzi berkata kepada beliau, "Ketika aku membaca kitab Hilyatul Auliaa'
karya Abu Nu'aim al-Asbahani, aku sangat kagum akan cerita orang-orang
shalih yang ada di dalamnya, dan aku melihat obat bagi penyakit jiwa
yang ada di dalamnya, hanya saja aku sangat menyayangkan akan
pengungkapan beliau terhadap beberapa hadits yang tidak layak dan
pengungkapan beliau akan perkataan beberapa orang yang sedikit
manfaatnya.
Sang murid memohon kepada Ibnul Jauzi agar
meringkas buku tersebut dan mensarikan kebaikan-kebaikan yang ada di
dalamnya, lalu Ibnul Jauzi menanggapi permintaan tersebut dengan
berkata:
"Aku sangat kagum akan kebenaran penelitianmu, hanya saja engkau belum membuka semua tirai yang ada di dalamnya, dan aku akan membukanya sekarang. Maka aku katakan, ketahuilah sesungguhnya kitab al-Hilyah banyak mencakup hadits dan hikayat dalam jumlah yang bisa dikatakan bagus, hanya saja buku tersebut telah terkotori dengan beberapa hal, ada sepuluh masalah yang telah mengotorinya."
Lalu
beliau menuturkan sepuluh hal tersebut dengan terperinci, di antaranya
adalah biografi yang campur aduk antara satu dengan yang lainnya, beliau
(Abu Nu'aim) mencampur adukkan biografi para ulama dengan perkataan
mereka di dalam buku-buku mereka, di mana biografi Mujahid dipenuhi
dengan tafsir beliau, biografi 'Ikrimah dipenuhi dengan tafsirnya, dan
biografi Ka'ab bin al-Ahbar dipenuhi dengan kilasan tentang Taurat,
beliau pun banyak mengungkapkan hadits marfu' yang hanya diriwayatkan
oleh satu orang." Ibnul Jauzi mengisyaratkan bahwasanya Abu Nu'aim
banyak mengungkapkan hadits-hadits bathil yang palsu dengan tujuan
memperbanyak hadits dan agar riwayat-riwayat beliau laku.
Di
antara aib Hilyatul Auliaa' yang diungkapkan oleh Ibnul Jauzi adalah
sajak yang hampa ketika beliau mengungkapkan sebuah biografi yang hampir
saja mengandung makna yang tidak benar, terutama ketika beliau
mengungkapkan definisi Tashawwuf sebagaimana beliau juga menghubungkan
Tashawwuf dengan para tokoh seperti Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali,
al-Hasan, Syuraih, Sufyan, Syu'bah, Malik dan asy-Syafi'i, padahal
mereka sama sekali tidak memiliki cerita yang berhubungan dengan
Tashawwuf.
Jika ada seseorang yang berkata, "Yang dimaksud
dengan Tashawwuf adalah zuhud dan mereka ini adalah orang-orang yang
zuhud." Maka, sesungguhnya Tashawwuf adalah sebuah aliran yang terkenal
dan tidak hanya terkenal dengan sikap zuhudnya, akan tetapi Tashawwuf
adalah sebuah aliran yang memiliki ciri khas dan akhlak yang diketahui
oleh para pemimpin mereka, Tashawwuf adalah sebuah aliran yang
berdasarkan atas asas kemalasan, (yang) seandainya seseorang menempuh
jalan Tashawwuf pada pagi hari, maka dia tidak akan datang pada waktu
Zhuhur kecuali dalam keadaan pandir.
Di antara aib
Hilyatul Auliyaa' yang diungkapkan oleh Ibnul Jauzi bahwa sesungguhnya
beliau meriwayatkan perkataan beberapa orang yang tidak benar dalam
perkataannya dan tidak ada manfaatnya, sebagaimana beliau mengungkapkan
hal-hal yang berhubungan dengan Tashawwuf yang tidak layak untuk
diungkapkan.
Ibnul Jauzi mengomentari kitab Hilyatul
Auliyaa' dengan ungkapannya bahwasanya beliau (Abu Nu'aim) telah
mencampur adukkan dalam mengurutkan para tokoh, beliau mendahulukan
orang-orang yang seharusnya diakhirkan dan mengakhirkan orang-orang yang
seharusnya didahulukan, beliau tidak mengurutkan para Sahabat sesuai
dengan keutamaan mereka, atau sesuai dengan urutan tanggal lahir mereka,
beliau pun tidak mengumpulkan sebuah kaum dengan negeri yang sama dalam
satu kelompok, walaupun terkadang beliau melakukannya dalam satu
kesempatan, lalu kembali mencampur adukkan dalam kesempatan yang lain,
terutama di akhir kitab, maka hampir saja seseorang tidak dapat
menemukan tokoh yang ia cari dalam buku tersebut.
Ibnul Jauzi berkata:
Ada tiga hal yang luput dari Abu Nu'aim di dalam kitabnya Hilyatul Auliyaa', yaitu:
Pertama,
beliau tidak menyebutkan tokoh utama dalam hal zuhud, pemimpin untuk
semua dan teladan bagi yang ada setelahnya, dia adalah Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliaulah yang jalannya harus selalu
diikuti dan diteladani keadaannya.
Kedua, beliau tidak menyebutkan banyak tokoh yang terkenal dalam ibadah dan perjuangan.
Ketiga, hanya sedikit beliau mengungkapkan tokoh wanita di dalam ibadah.
Karena
sebab-sebab di atas, Ibnul Jauzi menulis sebuah kitab yang lebih
memuaskan daripada kitab Hilyatul Auliyaa', di dalam bukunya itu beliau
menceritakan orang-orang yang shalih dan keadaan mereka, bahkan beliau
menambahkan cerita orang-orang yang tidak diungkapkan oleh Abu Nu'aim
dan sekelompok orang yang lahir setelah beliau wafat, kitab itu adalah SHIFAATUSH SHAFWAH, Ibnul Jauzi di dalam kitab tersebut menuturkan kebaikan para kaum sesuai dengan nama kitabnya itu sendiri, SHIFAATUSH SHAFWAH (Sifat-sifat Orang-orang Pilihan), orang-orang yang diungkapkan di dalam buku tersebut kira-kira mencapai seribu orang, di antaranya adalah dua ratus wanita.
(Disalin dengan sedikit diringkas dari kitab Jawaahiru Shifatish Shafwah,
karya Ahmad Salim Ba Duwailan, penerbit Daruth Thawiiq lin Nasyr wat
Tauzi, cet. th'1994, Riyadh - Saudi Arabia, edisi Indonesia: Teladan Hidup Orang-orang Pilihan, penerbit Pustaka Ibnu Katsir, cet. th'2004, Bogor)
-Sahabatmu-
Abu Muhammad Herman
sumber : Fb Abu Muhammad Herman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar